Tesis Kebutuhan Tenaga Kerja: Tenaga Perawat Bedah dgn Beban Kerja dan Kompetensi

Judul Tesis : Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Bedah Berdasarkan Beban Kerja dan Kompetensi di Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Husada Jakarta

 

A. Latar Belakang

Besarnya beban kerja perawat bedah di Instalasi Kamar Bedah tergantung dari jumlah dan jenis operasi. Selama ini metode perhitungan beban kerja perawat bedah menetapkan lamanya jenis operasi dengan nilai tetap. Namun klasifikasi jenis operasi berbeda untuk tiap rumah sakit dan dokter. Sehingga lamanya jenis operasi harus diteliti sehingga dapat dihitung beban kerjanya. Permasalahan lainnya adalah tidak seragamnya penentuan klasifikasi tindakan bedah di rumah sakit. Penentuan klasifikasi tindakan bedah ditentukan oleh para profesional rumah sakit yang tentunya akan menentukan klasifikasi tindakan yang berkorelasi dengan imbalan yang akan diterima (Ilyas, 2011). Karena itu perlu dilakukan penelitian rerata waktu yang dibutuhkan untuk tiap jenis operasi. Metode Ilyas membuat suatu Formula Unit Ruang Bedah untuk menghitung jumlah perawat bedah, dengan rumus dasar jumlah perawatan yang disesuaikan dengan lamanya tiap jenis operasi yang ada.

Rumah Sakit Husada (RS Husada) adalah rumah sakit tipe B yang mencapai 88 tahun telah melayani masyarakat. Sejak 1971 ditandatangani piagam kerjasama antara Pemerintah DKI saat itu Bapak Ali Sadikin dimana RS Husada ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Pusat II Wilayah Jakarta Pusat bagian Utara. Salah satu pelayanan mutakhir RS Husada yang menjadi salah satu fasilitas canggih adalah Instalasi Kamar Bedah. Seiring dengan kemajuan IPTEK, RS Husada pun melakukan perkembangan yang sesuai dengan kemajuan. Instalasi Kamar Bedah RS Husada memiliki 8 kamar bedah berstandar internasional yang memenuhi standart internasional. Rata-rata 400 kasus bedah dikerjakan di kamar bedah sentral setiap bulan, seperti bedah abdomen, rongga dada, pembuluh darah, urologi, bedah tulang, bedah plastik, telinga hidung tenggorok (THT), mata, kebidanan, bedah anak, dan bedah rahang/mulut serta bedah saraf yang dilengkapi dengan alat canggih. Dalam tahun 2009, cakupan layanan instalasi kamar bedah RS Husada 5245 tindakan, tahun 2010 sebanyak 4809, dan pada tahun 2011 sebanyak 5142. Jumlah perawat bedah instalasi kamar bedah RS Husada saat ini berjumlah 25 orang yang difungsikan dalam 3 shift kerja, yaitu pagi jam 08.00 – 14.00, sore jam 10.00 – 17.00, dan malam jam 14.00 – 08.00.

 

B. Rumusan Masalah

Menurut perhitungan jumlah operasi yang rata-rata 14 operasi perhari dengan proporsi 4 operasi kecil, 2 operasi sedang, 5 operasi besar, dan 3 operasi khusus. Jika dibandingkan dari jumlah operasi dan jumlah tenaga perawat bedah adanya ketidakseimbangan dan menurut Kepala Keperawatan Instalasi Kamar Bedah, jumlah yang ada tidak cukup dikarenakan beban kerja dan kompetensi tertentu. Besarnya beban kerja perawat bedah di Instalasi Kamar Bedah tergantung dari jumlah dan jenis operasi. Permasalahan lainnya adalah tidak seragamnya penentuan klasifikasi tindakan bedah di rumah sakit. Penentuan jenis operasi tergantung oleh tenaga profesional sehingga proporsi jumlah operasi terbentuk. Karena itu perlu diukur waktu transaksi pada tiap jenis operasi di Instalasi Kamar Bedah RS Husada. Perlunya pengukuran yang dilakukan dengan Time and Motion Study karena kegiatan perioperatif adalah homogen. Apalagi selama ini belum pernah dilaksanakan bentuk perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan beban kerja dan kompetensi kerja di Instalasi Kamar Bedah RS Husada.

 

C. Tinjauan Pustaka

Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Dessler (1997) yang dikutip oleh Soeroso (2003) fungsi dasar yang dijalankan oleh manajemen pada hakikatnya merupakan dasar dari manajemen sumber daya manusia. Fungsi dasar manajemen tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Planning (P) atau perencanaan, yaitu menetapkan apa yang harus dilakukan.
  2. Organizing (O) atau pengorganisasian, yaitu penugasan kelompok kerja serta penstafan atau penyusunan personalia.
  3. Actuating (A) atau pengarahan yang terdiri atas kepemimpinan, motivasi, dan manajemen konflik.
  4. Controlling (C) atau pengendalian.

Manajemen Keperawatan

Hasil Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 mencangkan beberapa konsep pengertian penting antara lain :

  1. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian intergral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-kultural-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
  2. Pelayanan keperawatan merupakan bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

 

Keperawatan Perioperatif

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan – praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. Masing-masing dari setiap fase ini dimulai dan berakhir pada waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah, masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standard praktik keperawatan. (Brunner and Suddarth, 2002)

 

Kompetensi Kerja

Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan, sikap dan “judgement” / pertimbangan yang terintegrasi yang harus dimiliki/dipersyaratkan untuk melakukan tindakan secara aman dalam lingkup keperawatan individu. Kompetensi sumber daya manusia diidentifikasi dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sebagai landasan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Terdapat perbedaan substansial antara pengetahuan dan ketrampilan. Konsep pengetahuan lebih berorientasi pada intelejensi, daya pikir, dan pengetahuan ilmu serta luas sempitnya wawasan yang dimiliki seseorang.

 

D. Metodelogi Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kuantitatif-kualitatif dengan menggunakan Time and Motion Study, dimana aktifitas perawat bedah sebagai responden.

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Kamar Bedah RS Husada. Penelitian ini dilakukan sampai diamatinya perawat bedah pada 20 tindakan operasi (masing-masing 5 tindakan operasi tiap jenis operasi).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat bedah yaitu 25 orang perawat bedah di Instalasi Kamar Bedah RS Husada.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

 

E. Kesimpulan

1. Setelah dilakukan penelitian didapati waktu yang dibutuhkan pada tiap jenis operasi kecil sebesar 60,8 menit, untuk operasi sedang sebesar 124,06 menit, untul operasi besar sebesar 145,47 menit dan untuk operasi khusus sebesar 235,5 menit. Serta untuk kegiatan non operatif seperti kegiatan umum diperlukan 90 menit dan pencatatan diperlukan 86 menit. Permasalahan lainnya adalah tidak seragamnya penentuan klasifikasi tindakan bedah di rumah sakit. Penentuan klasifikasi tindakan bedah ditentukan oleh para profesional rumah sakit yang tentunya akan menentukan klasifikasi tindakan yang berkorelasi dengan imbalan yang akan diterima (Ilyas, 2011)

2. Proporsi jumlah tindakan berdasarkan jenis operasi diambil dari rata-rata jumlah operasi pada tahun 2011 yaitu: didapatkan rata-rata pelayanan operasi perhari adalah 14 operasi dengan jenis operasi kecil berjumlah 4 tindakan, jenis operasi sedang berjumlah 2 tindakan, jenis operasi besar berjumlah 5 tindakan, dan jenis operasi khusus berjumlah 3 tindakan. Dengan jumlah kamar operasi 8 kamar, artinya setiap kamar kurang dari 2 tindakan operasi perhari, artinya pemanfaatan kamar operasi masih kurang. Secara sarana dan prasarana RS Husada siap untuk melaksanakan tindakan operatif (laparoskopi) sebagai salah satu produk unggulan RS Husada. Namun pada pelaksanaannya produk ini kurang bergaung, apalagi pesaingan yang tinggi dengan mulai banyaknya tumbuh rumah sakit dengan pelayanan yang sama.

3. Dari perhitungan beban kerja perawat bedah dengan metode time and motion study yang kemudian dengan Formula Unit Ruang Bedah dapat diketahui jumlah perawat bedah yang dibutuhkan di Instalasi Kamar Bedah RS Husada adalah sebanyak 22 orang. Apabila dilihat dari jumlah perawat bedah pelaksana yang ada di Instalasi Kamar Bedah RS Husada sebanyak 25 orang, maka dapat dikatakan jumlah yang tersedia melebihi dari jumlah yang dibutuhkan. Padahal menurut Kepala Perawat Instalasi Kamar Bedah RS Husada beban kerja mereka terlalu besar dan tenaga perawat bedah dirasakan kurang. Jika dilihat dari karakteristik perawat bedah, secara usia beberapa orang memasuki usia pensiun dan dalam manajemen pembagian jadwal dinas perawat kurang seimbang dalam tiap shift. Dimana perawat bedah paling banyak (±15 orang) pada pukul 10.00- 14.00, sedangkan diatas pukul 14.00 dengan jumlah perawat lebih sedikit (±11 orang). Padahal jumlah tindakan operasi cito lebih banyak dari operasi elektif.

 

Contoh Tesis Kebutuhan Tenaga Kerja

  1. Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Instalasi Hemodialisa RSUP Persahabatan Berdasarkan Beban dan Kompetensi Kerja
  2. Analisis Beban Kerja Keperawatan untuk Memperkirakan Kebutuhan Tenaga Perawat di Bagian Rawat Inap Umum Rumah Sakit Islam Jakarta Timur
  3. Analisis Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Keperawatan di Puskesmas dengan Tempat Perawatan Dinas Kesehatan Kab. Dt II Bandung
  4. Analisis Kebijakan 3in1 untuk Kebutuhan Tenaga Kerja dalam Negeri Melalui Pendekatan AHP
  5. Analisis Kebutuhan Jenis dan Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Beban Kerja di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre Jakarta 2003
  6. Analisis Kebutuhan Materi Pelatihan Tenaga Juru Las di Balai Latihan Kerja Khusus Las Condet Jakarta
  7. Analisis Kebutuhan Tenaga Analis Berdasarkan Beban Kerja di Unit Laboratorium Klinik Rumah Sakit Santo Borromeus, Bandung, 2000
  8. Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Bedah Berdasarkan Beban Kerja dan Kompetensi di Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Husada Jakarta