Tesis Pendidikan Kewirausahaan – Tesis Hubungan antara kreativitas dan persepsi peluang kerja dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK tahun diklat 2006/2007
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah telah berupaya membangun sektor pendidikan secara terarah, bertahap, dan terpadu dengan keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial, budaya maupun pertahanan dan keamanan.
Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 adalah sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Peranan pendidikan dalam pembangunan adalah mengembangkan pribadi-pribadi yang dibutuhkan oleh negara yang sedang membangun, yang pada gilirannya pribadi tersebut bisa mengubah masyarakat. Pribadi-pribadi yang dibutuhkan oleh pembangunan adalah pribadi-pribadi yang berjiwa kritis, jujur, bertanggung jawab, memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi, memiliki keterampilan, profesional, serta berwawasan luas dan mendalam. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap pembangunan sarana kehidupan, sehingga kehidupan manusia dari waktu kewaktu semakin baik.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilakukan melalui pendidikan informal, formal, dan nonformal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak, sejak anak lahir sampai mati, yang berlangsung dalam pengalaman sehari-hari. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilaksanakan secara teratur, bertingkat atau berjenjang dan mengikuti syarat- syarat yang jelas serta ketat. Pendidikan formal, biasanya dikenal dengan pendidikan sekolah. Pendidikan nonformal ialah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak mengikuti syarat atau peraturan yang tetap dan ketat.
Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan atau memperluas pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuannya lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
Pendidikan menengah terdiri dari :
- pendidikan umum,
- pendidikan kejuruan,
- pendidikan luar biasa,
- pendidikan kedinasan dan
- pendidikan agama.
Salah satu bentuk pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 15 menyebutkan bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Sebagai salah satu sekolah yang menghasilkan lulusan siap kerja dituntut untuk memiliki keterampilan untuk memasuki lapangan kerja, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah kejuruan yang terdiri dari kelompok Bisnis dan Manajemen, program studi yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu Akuntansi, Penjualan, dan Adimistrasi Perkantoran. Masing-masing program studi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tujuan khusus yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Sesuai dengan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu menciptakan tenaga kerja tingkat menengah, siswa diharapkan mampu mengisi kebutuhan tenaga kerja pada instansi pemerintah maupun swasta. Siswa SMK setelah lulus akan mencari pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Walaupun demikian tidak semua lulusan SMK mendapatkan pekerjaan, sehingga dapat menimbulkan pengangguran. Menurut penelitian Depdikbud tahun 1994 yang dikutip oleh Rustini (2006: 43) :
“Baru 33,33% lulusan SMK yang bekerja sesuai dengan keahliannya, selebihnya yaitu 66,66% bekerja tidak sesuai dengan program keahlian yang selama ini ditekuninya atau bahkan masih menganggur”.
Sekolah Menengah Kejuruan sebagai lembaga kejuruan, juga diharapkan mampu menghasilkan individu yang mampu mengembangkan diri. Siswa diharapkan mampu menciptakan pekerjaan sendiri, apabila tidak mendapatkan pekerjaan di instansi pemerintah maupun swasta. Kenyataan yang ada sekolah kejuruan belum mampu mewujudkan harapan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Wasty Soemanto (2002: 182)
“Pada saat-saat ini, kebanyakan sekolah kejuruan kita masih berupaya untuk melatih siswa menjadi tenaga-tenaga yang siap pakai bagi lapangan kerja tertentu.
Masalah utama dunia ketenagakerjaan adalah tidak sesuainya laju angkatan kerja dengan lapangan kerja yang tersedia. Dampaknya angka pengangguran tiap tahun melonjak. Dalam 20 tahun terakhir penyerapan tenaga kerja terus menurun. Tahun 2006 dari 106,28 juta jiwa angkatan kerja, yang terserap di bursa kerja hanya 95,18 juta jiwa, dan sisanya menganggur. Menurut litbang kompas Mei 2007 sebanyak 82,5% responden menilai pemerintah tidak memadai dalam menyediakan lapangan pekerjaan, dan hanya 1,5% responden yang menilai pemerintah memadai dalam menyediakan lapangan pekerjaan. (Kompas, 7 Mei 2007)
Menghadapi peluang kerja yang semakin sempit, mengharuskan individu untuk mampu berpikir kreatif. Kreativitas sangat diperlukan agar mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi tanpa menggantungkan pada orang lain. Individu yang kreatif akan tetap optimis untuk maju dan berhasil dalam hidup, walaupun dihadapkan dengan berbagai permasalahan. Pemikiran yang kreatif tidak akan takut untuk mencoba hal-hal baru dan mengembangkannya, dan akhirnya bermanfaat bagi orang lain.
Kreativitas siswa dapat dikembangkan pada saat proses belajar berlangsung. Guru harus melibatkan kreativitas siswa, sehingga siswa tidak hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, dan siswa diberi permasalahan untuk diselesaikan. Kebiasaan yang ada pada pengajaran saat ini yaitu guru masih mendominasi pembelajaran, sehingga kreativitas siswa kurang kurang berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat Wasty Soemanto (2002: 138) “Kebiasaan rutin yang masih dapat kita saksikan pada sekolah kita adalah guru di muka kelas berbicara, menerngkan, mendiktekan informasi, dan bertanya sedangkan murid memperhatikan, mendengarkan, dan mencatat”.
Kreativitas yang dimiliki siswa dapat dijadikan dasar untuk berwirausaha. Seorang wirausaha harus memiliki kreativitas dan keberanian tidak bergantung pada oranng lain, keberanian menghadapi kondisi dan sistuasi disekitarnya, percaya diri akan keberhasilan ide yang diciptakannya.
SMK juga membekali siswanya dengan pengetahuan kewirausahaan, yang berarti siswa diharapkan mampu mengembangkan usaha yang bersifat mandiri. Keinginan untuk mengembangkan wirausaha dikalangan siswa terus didorong agar siswa mempunyai keyakinan dan kepercayaan diri sehingga dapat membuka usaha sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Keinginan siswa untuk menekuni kewirausahaan mungkin timbul setelah dihadapkan dengan sedikitnya peluang kerja, sehingga siswa terdorong untuk mengembangkan usaha sendiri.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka hubungan antara kreativitas dan persepsi peluang kerja dengan minat berwirausaha dipandang perlu diteliti dan dikaji lebih lanjut. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS DAN PERSEPSI PELUANG KERJA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA KELAS XI SMK TAHUN DIKLAT 2006/2007”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah yang diuraikan di atas, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
- Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) selain diharapkan mampu menciptakan tenaga kerja tingkat menengah, juga diharapkan mampu menciptakan individu yang mampu mengembangkan diri sebagi pencipta lapangan kerja, akan tetapi kenyataan yang ada sekolah menengah kejuruan belum mampu mewujudkan harapan tersebut.
- Siswa SMK setelah lulus akan mencari pekerjaan yang telah disediakan oleh instansi pemerintah maupun swasta, akan tetapi tidak semuanya mendapatkan pekerjaan yang diharapkan.
- Peluang kerja khususnya dibidang formal semakin sempit. Hal ini akan mempengaruhi bermacam-macam kesan siswa terhadap peluang kerja yang ada pada saat ini. Berdasarkan kesan tersebut apakah siswa akan mengambil keputusan yang terbaik ataukah tidak.
- Kreativitas siswa dapat dikembangkan pada saat proses belajar mengajar berlangsung, akan tetapi pengajaran yang ada pada saat ini masih bersifat konvensional, sehingga kreativitas siswa kurang berkembang.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang disebutkan di atas tidak semuanya dibahas dalam penelitian ini. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada:
- Peluang kerja khususnya dibidang formal semakin sempit. Hal ini akan mempengaruhi bermacam-macam kesan siswa terhadap peluang kerja yang ada pada saat ini. Berdasarkan kesan tersebut apakah siswa akan mengambil keputusan yang terbaik ataukah tidak.
- Kreativitas siswa dapat dikembangkan pada saat proses belajar mengajar berlangsung, akan tetapi pengajaran yang ada pada saat ini masih bersifat konvensional, sehingga kreativitas siswa kurang berkembang.
Sedangkan definisi operasional dari pembatasan masalah tersebut adalah:
1. Kreativitas
Kreativitas yang dimaksudkan disini adalah kemampuan yang baru dan asli, yang belum dikenal maupun suatu cara untuk memecahkan masalah baru yang dihadapi. Perlu dijelaskan bahwa dalam penelitian ini hanya ditekankan pada kemampuan siswa dalam berpikir kreatif.
Persepsi peluang kerja yang dimaksudkan disini adalah kesan, tanggapan, atau pendapat siswa tentang peluang kerja yang disediakan oleh instansi pemerintah maupun sawasta.
Minat berwirausaha yang dimaksudkan disini adalah tanggapan siswa yang berupa sikap yang diikuti adanya kesadaran untuk memberikan perhatian, perasaan tertarik, dan perasaan senang terhadap wirausaha termasuk di dalamnya usaha-usaha untuk mempelajari dan terjun langsung di bidang tertentu.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
- Apakah ada hubungan antara kreativitas dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Tahun Diklat 2006/2007?
- Apakah ada hubungan antara persepsi peluang kerja dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Tahun Diklat 2006/2007?
- Apakah ada hubungan antara kreativitas dan persepsi peluang kerja dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Tahun Diklat 2006/2007?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian mengenai hubungan antara kreativitas dan persepsi peluang kerja dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK tahun diklat 2006/2007 tersebut di atas adalah:
- Mengetahui ada tidaknya hubungan antara kreativitas dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Tahun Diklat 2006/2007.
- Mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi peluang kerja dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Tahun Diklat 2006/2007.
- Mengetahui ada tidaknya hubungan antara kreativitas dan persepsi peluang kerja dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Tahun Diklat 2006/2007.