Analisis Peramalan Penawaran dan Permintaan Kedelai pada Era Otonomi Daerah

  • Post author:
  • Post category:Artikel

Judul Skripsi : Analisis Peramalan Penawaran dan Permintaan Kedelai pada Era Otonomi Daerah di Kabupaten Sukoharjo

 

A. Latar Belakang

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) adalah metode peramalan yang merupakan bagian utama dari analisis time series. Dalam metode ARIMA ini hanya menggunakan lagged variable. Menurut Jarret (1991) dalam Kuncoro (2000), metode ARIMA memiliki berberapa keunggulan dibanding dengan metode lainnya, yaitu disusun dengan logis dan secara statistik akurat; memasukkan banyak informasi dari data historis; dan menghasilkan kenaikan akurasi peramalan, serta pada waktu yang sama menjaga jumlah parameter seminimal mungkin. Tahapan dalam proses ARIMA terdiri dari empat tahap, yaitu identifikasi, penaksiran parameter, pemeriksaan diagnostik, dan peramalan.

Dengan adanya fenomena ekonomi yang bergerak berupa kebijakan otonomi daerah yang diterapkan di Kabupaten Sukoharjo, maka penting untuk mengetahui bagaimana dinamika penawaran dan permintaan kedelai di Kabupaten Sukoharjo, serta melakukan peramalan penawaran dan permintaan kedelai pada era otonomi daerah sehingga dapat diambil kebijakan yang sesuai dengan hasil peramalan tersebut.

 

B. Perumusan Masalah

  1. Bagaimana dinamika penawaran dan permintaan kedelai pada era sebelum dan sesudah pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Sukoharjo ?
  2. Bagaimana penawaran dan permintaan kedelai di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011–2015?

 

C. Tujuan Penelitian Skripsi

  1. Mengetahui dinamika penawaran dan permintaan kedelai pada era sebelum dan sesudah pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Sukoharjo.
  2. Menganalisis peramalan penawaran dan permintaan kedelai di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011–2015.

 

D. Kesimpulan

1. Dinamika penawaran kedelai di Kabupaten Sukoharjo tahun 1985-2010 secara keseluruhan berfluktuatif dan cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

2. Dinamika permintaan kedelai di Kabupaten Sukoharjo tahun 1985-2010 mempunyai pola linier yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.

3. Model ARIMA (1,1,2) adalah model yang terbaik untuk penawaran kedelai di Kabupaten Sukoharjo.

4. Model ARIMA (2,2,3) adalah model yang terbaik untuk permintaan kedelai di Kabupaten Sukoharjo.

5. Hasil pengujian Chow’s Breakpoint Test menunjukkan bahwa periode tahun 2001 memberikan pengaruh structural break dalam data series tersebut. Nilai variabel dummy sebelum pelaksanaan otonomi daerah (1985-2000) adalah 0, dan nilai variabel dummy setelah pelaksanaan otonomi daerah (2001-2010) adalah 1.

6. Persamaan simultan yang paling optimal diperoleh dari model penawaran ARIMA (1,1,3) dan model permintaan ARIMA (2,2,3). Penawaran dan permintaan kedelai di Kabupaten Sukoharjo relatif responsif terhadap shock policy (kebijakan) yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo, yang terbukti dengan adanya kebijakan otonomi daerah yang dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Sukoharjo. Salah satu peran pemerintah pada era otonomi berupa pemberian bantuan benih gratis dan suntikan dana kepada petani untuk membeli saprodi, yang sudah dimulai pada tahun 2008.

7. Hasil pengujian persamaan simultan menunjukkan nilai R2 sebesar 0,677202 yang berarti bahwa model tersebut dapat menerangkan variasi perubahan variabel endogen sebesar 67,7202%. Nilai F-statistik sebesar 3,837172 (signifikan pada taraf 5%), dan nilai RMSE sebesar 1920,972.

8. Hasil peramalan penawaran kedelai di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2011-2015 cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sedangkan hasil peramalan permintaan kedelai di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2011-2015 mengalami peningkatan secara linier dari tahun ke tahun, sehingga terjadi gap (kesenjangan) antara penawaran dan permintaan kedelai yang berbentuk divergen.